My Fulbright Journey - Part 1



This post is dedicated to my lecturer, mentor, boss Ibu Dr. Etty Bazergan
I won't let you down...


Terkadang kita terlalu fokus mencari sebuah jalan yang akan mengantarkan kita ke tempat yang kita inginkan. Saking fokusnya kita malah lupa, kalau ada banyak jalan lain yang bisa kita tempuh untuk mencapai tujuan tersebut. I made that mistake in 2013, ketika setelah saya lulus S1 pada bulan Maret dan hanya mendaftarkan diri di satu beasiswa untuk berkuliah di Australia yakni the Australian Development Scholarship (sekarang Australia Awards Scholarship).

Sejak saya kembali dari Australia pada tahun 2001, saya selalu bercita-cita untuk kembali ke Australia. Ayah saya memperoleh beasiswa ADS untuk berkuliah di University of Adelaide dan membawa saya beserta ibu untuk tinggal di Australia selama 3 tahun. Mungkin karena Australia, khususnya Adelaide, sangat berkesan di hati saya sehingga saya menetapkan Australia sebagai tempat tujuan saya untuk kuliah S2. Tak pernah negara lain. Ya, cinta itu memang buta...

Bukannya tak pernah ada rasa ragu bahwa mungkin saja saya tak lulus seleksi berkas, pastilah, I was a fresh graduate and had little experience. Dibandingkan dengan mereka yang sudah berkali-kali mendaftar beasiswa ADS dan yang sudah punya pengalaman bejibun, saya nggak ada apa-apanya. I realised that, but blind love had caught me in his arms and I just had no interest in applying to other scholarships. It had to be Australia and it had to be ADS.

Lalu berita penolakan itu datang pada bulan November (kalau gak salah. Surat penolakannya masih tersimpan dengan baik di inbox email. Tetapi saya enggan membukanya, seperti enggan membuka luka lama). Tapi saya masih ingat, waktu itu saya membuka email tersebut di Subuh hari. Terasa sakit, tapi hanya sejenak. Saya lalu mencari ibu di kamarnya. Ibu selesai sholat Subuh lalu saya memberitahu beliau kalau saya tidak lulus berkas. Yang lebih sakit dari pada penolakan itu sebenarnya ketika ibu menangis...

Tahun 2014 pun tiba and I had a whole new outlook. Setelah berbincang-bincang dengan teman, keluarga dan para dosen saya, saya bertekad untuk mendaftarkan diri ke sebanyak mungkin beasiswa pada tahun 2014. Kebetulan pada saat itu saya mulai bekerja di Kantor Urusan Internasional Universitas Hasanuddin. Semua informasi beasiswa biasanya melalui kantor saya dan saya yang bertugas mengurus kegiatannya. Saya gunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. This year mum will not cry...

Tahun itu saya kembali mendaftar untuk ADS tetapi juga mendaftar untuk LPDP BPRI dan Fulbright. Untuk LPDP saya kembali memilih Australia. Susah, cinta itu masih ada. Pendaftaran saya di beasiswa Fulbright sendiri didorong oleh dosen yang sekaligus boss saya di kantor ibu Etty. Beliau adalah alumnus Senior Researcher Program dan sangat mendorong saya untuk mencoba menimba ilmu di negara lain. Katanya coba saja. You never know where Allah wants you to go.

Berkas-berkas saya masukkan satu per satu. Saya mengubah doa saya, yang awalnya berbunyi Ya Allah luluskanlah saya pada beasiswa ADS.. menjadi Ya Allah, berikanlah yang terbaik bagi hambamu, hanya Engkau yang maha mengetahui apa yang terbaik bagi hambamu.

Pada akhirnya saya hanya berhasil sampai pada tahap wawancara di Jakarta untuk LPDP BPRI. Tetapi Alhamdulillah, setelah dipanggil wawancara oleh AMINEF untuk beasiswa Fulbright pada bulan Juli, saya dinyatakan lulus tahap wawancara pada bulan September 2014. Ternyata saya berjodoh dengan US.... :)

I remember that day clearly. I was at work and the office wasn't that busy. Iseng-iseng buka email, eh ada email baru dengan judul "2015 Fulbright Master's Degree Program - Principal Candidate". Kuucapkan Bismillah sebelum membukanya, and I only really skimmed the email.. I was estatic. I rushed out of my office and weeped like an idiot. And then I was called by my boss, we hugged. That day, everything was a shade brighter!

And the Journey has just began!

Di post kali ini saya ingin sedikit membahas tentang persiapan saya untuk melengkapi berkas pendaftaran beasiswa Fulbright. Untuk beasiswa Fulbright sendiri ada dua beasiswa degree yakni untuk Master's dan PhD. Bagi pembaca yang masih berstatus mahasiswa dapat melirik program beasiswa UGRAD dan CCIP (Please check aminef.or.id for more info). Saya sendiri memilih program Master's. Nah program tersebut terbagi dua, yakni Fulbright Master's Degree Program dan Fulbright Indonesia Research Science and Technology Program. Perbedaannya mungkin hanya pada bidang ilmu. Kalau yang pertama itu ke bidang sosial, sedangkan yang kedua untuk sains dan teknologi. Setau saya semua orang dengan latar belakang ilmu bidang apapun dapat mendaftarkan diri ke beasiswa ini, juga tidak ada bidang yang diprioritaskan seperti pada beasiswa AAS.




Persyaratan berkasnya juga menurutku tidak rumit. Semuanya dapat disiapkan dalam waktu seminggu dua minggu. Berikut adalah link ke persyaratannya yang lengkap: Persyaratan Beasiswa Fulbright Master's Degree

Sembari menyiapkan berkasnya satu persatu, saya rajin membaca pengalaman penerima beasiswa Fulbright sebelumnya. Cukup banyak yang memberikan penjelasan yang sangat rinci. Berikut adalah beberapa blog favorit saya yang sampai sekarang masih saya tongkrongin :D


Yoel Krisnanda
Rizalzaf
Syayid Sukandi

Lalu ada juga blog kawan seangkatan saya di beasiswa Fulbright yang berbagi pengalaman beasiswanya:
Rany Octaria

Sebenarnya di blog-blog tersebut telah sangat rinci menjelaskan persyaratan berkasnya. Saya malah jadi bingung mau menambahkan apa lagi. But I do believe, each person's experiences will be different. Jadi berangkat dari pengalaman saya, jangan menunggu beberapa hari sebelum deadline untuk menyiapkan berkasnya. Terutama karena ada essay Study Objective, yang walaupun selembar, saya membutuhkan waktu 2 bulan untuk benar-benar puas dengan essay saya tersebut. Pengalaman unik saya ketika menulis essay, waktu itu di kampus ada pengajar dari US. Sayapun meminta bantuannya dalam proses penulisan SO. Tapi selama meminta bantuannya, kok rasanya essay saya bukan representasi diri saya ya. Dia memberitahu apa yang harus saya ungkapkan hingga bagaimana harus mengungkapkannya. Kurang sreg sih, tapi saya fikir, ah dia kan dari US, pasti lebih tau SO seperti apa yang disukai beasiswa/universitas.

Setelah itu saya memperlihatkan SO tersebut kepada dosen saya Ibu Etty, eh kena marah. Kenapa? Karena the essay wasn't me, it didn't feel 'Indonesian' she said. And I had to agree. So what did I do? Saya tulis ulang essaynya sampai saya benar-benar puas, sampai essaynya benar-benar memberitahukan pembaca tentang 'saya'. Gimana ya kalau waktu itu yang saya masukkan adalah essay pertama? Maybe I won't be writing this post... Hikmah dari pengalaman saya mungkin adalah ketika Anda menuliskan SO, boleh meminta orang lain membacanya untuk memberikan pendapat, tetapi jangan sampai tulisannya akhirnya tidak 'jujur/berbeda' dengan visi dan misi kita sebenarnya.

Tahapan berkas adalah Tahap I dalam your own Fulbright Journey. Tahap selanjutnya adalah wawancara yang biasanya diadakan pada bulan Juli.

Jika ada pertanyaan lebih lanjut tentang persyaratan berkasnya maupun pengisian formulirnya, silahkan komen di bawah ya :) 
Semangat Scholarship Hunters!

_____________________________________________________________________

Disclaimer: This blog is not an official U.S. Department of State blog, all views and information presented here regarding the Fulbright Program are the author's own and does not represent the Fulbright Program nor the U.S. Department of State.

26 comments

  1. Halo mbk astrini..boleh saya bertanya beberapa Hal..kebetulan jika tidak berhalangan saya akan melanjutkan jejak mbk..terimakasih sebelumnya.
    Angelslupphi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo halo! Maafkan saya baru balas! Saya baru saja melewati satu semester perkuliahan di US. Maklum ya, saya ngos2an belajar dan kerja tugas. Hehehe.
      Silahkaan. Kalau mau lewat email juga boleh: ananda_astrini@yahoo.com

      Delete
  2. Replies
    1. Ditolak untuk ketiga kalinya, tapi alhamdulillah dapat Fulbright. Hehe...

      Delete
  3. Halo mbak Astrini! Perkenalkan saya Kanu dari Jogjakarta, jadi tambah bersemangat setelah membaca thread2 mbak. Saya juga berniat untuk mendaftarkan diri di Fulbright. Untuk berkas surat rekomendasi, di web tertulis sebagai required documents, dan di form-nya sendiri harus di kirim langsung oleh writer. Pertanyaan saya, apakah surat rekomendasi boleh dikirimkan oleh applicant-nya sendiri berbarengan dengan dokumen lain, terimakasih sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal Kanu,

      Bila tahun ini di form tertulis harus dikirimkan oleh pemberi rekomendasi, maka itu berarti tidak boleh dikirimkan bersamaan dengan aplikasi. Tetapi ketika saya mendaftar, surat rekomendasi saya, saya kirimkan bersamaan dengan aplikasi. Untuk berjaga-jaga, hubungi AMINEF secara langsung ya, karena peraturan dari tahun ketahun memang dapat berubah.

      - Nanda

      Delete
  4. Hai Kak Ananda, saya mau tanya...hehe ini mungkin kedengeran lumayan kepo *3*. Kenapa memilih Fulbright ketimbang LPDP ? Saya denger LPDP allowancenya lebih besar. Apakah ada faktor lain ? Terima kasih banyak kak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo!

      Makasih udah berkunjung ke blog saya :) Maaf ya baru sempat balas.
      Aku daftar LPDP juga kok, yang BPRI tapi cuma sampai wawancara aja. Ketika mau daftar LPDP lagi, ternyata aku lulus wawancara Fulbright. Jadilah aku memilih Fulbright. Menurutku keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Kalau dari segi allowance aku gak melihat mana yang lebih besar, yang penting cukup buat kehidupan dan bisa disisihkan untuk keperluan lain, seperti jalan-jalan. Hehehe... Selain itu, mau segimana besarnya allowance, tapi klo kita tidak pandai mengatur ya sama aja, gak akan pernah cukup #tiba2bijaksana LOL

      Insha Allah untuk S3 saya akan kembali mencoba daftar LPDP :)

      Delete
  5. Selamat pagi mbak amanda, saya aan dari jogja. Ikut seneng dgn prestasi yg udah dicapai. Sy kebetulan juga lg prepare utk daftar beasiswa, nemu beberapa kesulitan dlm menulis essay. Kalo berkenan bisakah saya di berikan essay mbak amanda utk referensi? Trimakasih

    ReplyDelete
  6. Selamat pagi mbak amanda, saya aan dari jogja. Ikut seneng dgn prestasi yg udah dicapai. Sy kebetulan juga lg prepare utk daftar beasiswa, nemu beberapa kesulitan dlm menulis essay. Kalo berkenan bisakah saya di berikan essay mbak amanda utk referensi? Trimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Aan,

      Maaf ya baru sempat balas. Untuk essay Fulbright, silahkan dilihat di post saya di link berikut:
      http://comatosed-thoughts.blogspot.com/2015/06/my-fulbright-experience-ananda-muhammad.html

      Semoga bermanfaat.

      Delete
  7. Salam, what a great story mba amanda!
    Aku baru aja buka web aminef, disitu ada tulisan "at the time of application to AMINEF, only an Institutional Testing Program (ITP) TOEFL or IELTS score is required. If you are later selected for an award, you must then take the official iBT TOEFL test" ini berarti kita harus test toefl IBT and PBT ya? waktu pengalaman mba Ananda melampirkan test toefl jenis apa saja ya klo boleh tahu? terimakasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nindia,

      Itu maksudnya, untuk tahap aplikasi yg dibutuhkan TOEFL ITP aja. Alias PBT. Nah jika berhasil lulus tahap wawancara, maka kamu akan diminta mengambil tes TOEFL IBT. Ini bakal dibiayain sama Fulbright.
      Waktu saya mendaftar karena punya TOEFL ITP dan IELTS yang masih berlaku maka saya submit saja dua2nya :)
      Semoga bermanfaat.

      - Nanda

      Delete
  8. Selamat sore, kak :) Saya mau tanya, bisakah fresh graduate mendaftar beasiswa ini? Dalam arti, belum ada pengalaman kerja full-time, hanya ada pengalaman kerja paruh waktu sebagai guru privat setelah kuliah. O ya semoga sukses dengan studinya ya kak, terima kasih sebelumnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba..sy hub aminef kantor kok gk bisa ya. Dan kita dtg antar dokumen jg gk bisa...dimana kantor aminef skg ??

      Delete
    2. mba..sy hub aminef kantor kok gk bisa ya. Dan kita dtg antar dokumen jg gk bisa...dimana kantor aminef skg ??

      Delete
    3. Halo! Maaf ya balasnya telat banget!
      Fresh graduate boleh banget mendaftar :) Good luck!

      Best,
      Ananda

      Delete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  10. Halo mbak ananda
    Saya agak mengalami kesulitan dan pengisian aplikasi beasiswa fullbrighy
    Jika mbak berkenan atau ada waktu saya boleh sharing tentang pengisian aplikasi secara pribadi ? Boleh saya minta email mbak ? Terimakasih sebelumnya

    ReplyDelete
  11. Halo mbak ananda
    Saya agak mengalami kesulitan dan pengisian aplikasi beasiswa fullbrighy
    Jika mbak berkenan atau ada waktu saya boleh sharing tentang pengisian aplikasi secara pribadi ? Boleh saya minta email mbak ? Terimakasih sebelumnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Vilisya,

      Maaf ya balasnya telat banget! Silahkan email saya di ananda_astrini@yahoo.com

      Best,
      Ananda

      Delete
  12. Halo Mbak Ananda,
    Saya Zidnie dari Jogja. Terimakasih sudah berbagi pengalamannya di blog. Di postingan ini mbak cerita kalo mbak di LPDP sampe tahap wawancara. Tapi setelah itu, lolos Fulbright. Berarti mbak mendaftar kedua beasiswa di waktu bersamaan kah? Apakah itu diperbolehkan oleh Fulbright?
    Terimakasih atas waktunya.
    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Zidnie,

      Saya udah lupa apa waktu itu memang persis bersamaan atau bagaimana. Kayaknya saya daftar Fulbright dulu, masukin aplikasi, trus berpikir mungkin sebaiknya ada rencana lain. Jadilah saya daftar LPDP. Setau saya boleh kok. Tapi ya itu, harus milih salah satunya kalau keduanya diterima :D

      Salam,
      Nanda

      Delete
  13. Halo Mbak Ananda,
    Saya mau tanya soal persyaratan untuk Fulbright Master Scholarship tertulis salah satunya adalah "Official Translation of Diploma".
    Yang jadi pertanyaan saya adalah apakah terjemahan ijazah tersebut harus resmi dikeluarkan oleh pihak universitas atau boleh memanfaatkan Jasa Penerjemah Berlisensi yang sudah ada di banyak tempat.
    Hal ini sangat penting bagi saya mengingat saat ini saya bekerja di Jakarta sementara universitas saya di Jogja.
    Terima kasih sebelumnya.
    Salam,
    Seto

    ReplyDelete
  14. Dear Nanda
    I sent you an email. Please, check it out.


    Thanks


    Sherly

    ReplyDelete
  15. Dear Mba Nanda,

    Semoga selalu dalam keadaan sehat ya.

    Saya ingin bertanya, untuk bagian check-list
    "Copy of lecturer's letter of appointment (SK Pengangkatan) or SK PNS if civil servant* ", apakah itu hanya berlaku bagi PNS atau bagaimana? Apa saya harus meminta surat dari dosen seperti itu atau bagaimana? Tolong pencerahannya ya mba Nanda..

    Terima Kasih banyak atas responnya...

    ReplyDelete